Pelajaran Kesantunan Politik Berharga Dari “Musuh Bebuyutan”
www.kmm.com-Rokan Hulu,Tiga hari menjelang hari raya Idul Fitri April 2024 lalu, saya mendapat info selentingan dari teman yang “agak” dekat dengan pusat kekuasaan Seribu Suluk, bahwa mantan Wakil Bupati Rohul & kandidat calon Bupati pilkada 2015 dan 2020, ingin membuka komunikasi & silaturrahmi dengan Bupati Petahana.
Informasi berharga itu coba saya croos chek ke beberapa sumber, namun tidak mendapat kejelasan..
Saya berpikir realistis saja, kendati Dua Tokoh itu merupakan “musuh bebuyutan” pada dua pilkada sebelumnya, tetapi dalam politik berlaku rumus, tak ada kawan atau musuh yang abadi, karena semuanya hanya berujung pada “Kepentingan”
Jika pada momen politik tertentu para politisi terbelah dengan kondisi saling berhadapan, tapi dalam momen politik lain bisa saja para politisi tadi berada dalam satu barisan.
Dan dari poto yang saya lihat di medsos hari ini, dari kedua tokoh yang sedang salam komando dengan gestur bahasa tubuh yang multi tafsir membuktikan deskrepsi politik itu.
Kita sudah sepatutnya merasa bangga dan berterima kasih, apa yang diperlihatkan kedua tokoh ini merupakan etika dan kesantunan politik luar biasa yang perlu ditiru para politisi muda.
Sebab sudah sejatinya, seorang politisi dalam menggunakan bahasa atau bersikap, terutama di ruang publik mestilah menyiratkan kesantunan, baik yg positif apalagi yg negatif untuk kepentingan menjatuhkan lawan politiknya sekalipun atau untuk penyelamatan muka dari sebuah pencitraan.
Penentu kesantunan tidak hanya bentuk bahasa itu sendiri, melainkan juga bentuk bahasa dan konteksnya, yang antara lain latar penggunaan, partisipan, tujuan, instrumen, norma, dan genre.
Strategi kesantunan yang diterapkan berupa tanpa basa basi menuduh atau menyudutkan salah satu pihak tertentu, kesantunan positif dengan masih memercayai dan menghargai orang lain, dan kesantunan negatif sebagai upaya perlawanan untuk mempertahankan eksistensi dirinya.
Pelajaran yang dapat diambil bahwa kritik, ketidaksetujuan, keluhan, dan sebagainya boleh saja dikemukakan dalam suatu wacana politik, asalkan memilih strategi kesantunan yang tepat karena dapat membantu menciptakan citra elegan di hadapan masyarakat terkait kedudukan politiknya.
Sekali lagi selamat untu kedua tokoh politik Rohul yang telah mengajarkan etika kesantunan politik.
(Rpt)