Kerja Sunyi Zulfahrianto Menggema: Jalan Setapak–Drainase Dibangun, Sontang Melaju Tanpa Banyak Janji

Bagikan di sosmed anda

Kerja Sunyi Zulfahrianto Menggema: Jalan Setapak–Drainase Dibangun, Sontang Melaju Tanpa Banyak Janji

Sontang, Rokan Hulu — Tidak ada seremoni. Tak pula baliho ucapan. Yang terdengar hanya bunyi cangkul membelah tanah dan aliran air yang mulai tertata. Di Dusun II Delapan Tali, tepat di ruas jalan dekat Surau Suluk Syekh Muhammad Kayo, jalan setapak dan drainase kini dibangun—dan lagi-lagi, Kepala Desa Sontang Zulfahrianto, SE, berada di tengah pekerjaan.

Bukan di balik meja. Bukan pula sekadar memberi perintah. Zulfahrianto turun langsung, memastikan setiap garis bangunan tepat, setiap aliran air tak menyisakan masalah. Warga melihatnya sebagai pesan sederhana namun tegas: pembangunan bukan slogan, tapi kerja.

Pembangunan ini segera menjadi perhatian masyarakat. Jalan sempit yang sebelumnya becek dan rawan genangan kini mulai berubah wajah. Drainase disusun rapi, menjawab keluhan lama warga yang saban musim hujan harus bersiasat dengan air meluap.

Gotong royong pun hidup. Tokoh masyarakat Datuk Nini Mama berdiri bersama warga, menjaga kekompakan. Di Sontang, pembangunan tidak berdiri sendiri—ia berjalan bersama masyarakatnya.

Zulfahrianto, yang juga Ketua DPD APDESI Provinsi Riau, dikenal konsisten mendorong pembangunan berbasis kebutuhan warga. Hari ini di dekat surau suluk, esok di titik lain. Tidak gaduh, tetapi berkelanjutan.

Apresiasi datang dari luar desa. Ramlan Lubis, Ketua DPD AMI (Aliansi Media Indonesia) Rokan Hulu, menilai Sontang layak menjadi rujukan.
“Ini contoh pemimpin desa yang mengutamakan pembangunan dan masyarakat daripada kepentingan pribadi. Dana desa seharusnya bekerja seperti ini,” tegasnya.

Ramlan juga menyentil realitas lain di Riau. Menurutnya, masih ada desa yang belum merasakan dampak nyata dana desa.
“Contoh sudah jelas. Sontang bergerak cepat, berani, dan nyata. Desa lain jangan mau tertinggal,” ujarnya.

Kini, nama Desa Sontang kian sering disebut. Bukan karena kontroversi, melainkan karena pembangunan yang terasa, terlihat, dan dirasakan. Jalan setapak dan drainase di Dusun II Delapan Tali menjadi saksi bahwa ketika pemimpin turun tangan, desa tidak sekadar berjalan—ia melaju.

(RR2/Rambe)


Tingalkan komentar anda

Verified by MonsterInsights